Kekeringan Melanda 400 Hektar Sawah di Kupang
MakEmak.com – Kekeringan Melanda 400 Hektar Sawah di Kupang. Kemarau panjang yang melanda, membuat kurang lebih 400 hektare sawah petani di desa Naibonat dan Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kekeringan.
Aditya Loloin (50), salah satu petani sawah panassi Naibonat berkata “Kami prihatin dengan tanaman sawah yang tengah tumbuh namun terancam tidak berkembang karena debit air dari kali Oesao dan sumber air Pukdale mulai turun drastis mencapai sekitar 40 persen,”
Aditya juga berpendapat bahwa, saat ini ada sekitar 200 petani yang ikut menggarap sawah benar-benar cemas, karena menurunnya debit air sejak kemarau 2014. Demikian dilansir AntaraNews, Rabu (22/10/2014).
“Penurunan debit air baru diketahui petani, ketika pematang sawah petani yang letaknya paling ujung lokasi persawahan mulai tidak mendapatkan pasokan air, saat itu baru diketahui kalau debit air mulai berkurang,” ujarnya.
Semenjak akhir Juli hingga Agustus lalu bahkan sampai hari ini tercatat sudah ada 45 petani sawah yang membuat pengaduan ke ketua kelompok tani air terkait tidak lagi mendapat pasokan air ke pematang sawah.
Sembari menunggu musim hujan, para petani sawah membuat kesepakatan untuk menghemat air dengan membagi jadwal pendistribusian air ke setiap pematang sawah petani.
Semi Mahuri (41) petani sawah di kampung Baru Kelurahan Oesao, Kabupaten Kupang, membenarkan pendapat aditya terkait menurunnya debit air akibat kemarau panjang ini.
Untuk mengatasi kekurangan air untuk tanaman sawah yang tengah tumbuh dan berkembang, Semi terpaksa menggunakan air sumur bor yang selama ini digunakan untuk mandi untuk menyiram tanaman hortikultura yang ada dekat rumah tinggal.
Dia mengungkapkan pengalihan fungsi ini hanya bisa dilakukan sebanyak dua minggu sekali, karena air sumur bor itu juga harus digunakan untuk air minum, mandi, cuci dan kakus (MCK), sehingga harus benar-benar hemat.
Semi mengatakan “Jadi ditetapkan jadwal secara bergilir pada hari tertentu dalam sepekan atau dua pekan air disedot secara bertahap sehingga semua pematang sawah bisa diairi pada saatnya,”
Dengan Kejadian ini para petani berharap ada perhatian dari pemerintah kabupaten dan provinsi agar menyelamatkan tanaman sawah petani yang saat ini kekeringan agar tidak terjadi gagal panen.